Patung ketujuh pahlawan revolusi yang menjadi korban G30SPKI, patung ini terdapat di Monumen Pancasila Sakti atau Lubang Buaya Jakarta (Foto: Istimewa)



Tema : Pancasila Pemersatu Bangsa menuju Indonesia Maju

Dalam rangka memperingati Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 1965 - 2023

Daftar Nama Pahlawan Revolusi Korban G30S/PKI

1. Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani

Ahmad Yani adalah seorang petinggi TNI AD di masa Orde Lama. Ia lahir di Jenar, Purworejo, pada 19 Juni 1922. 

Ketika muda, Ahmad Yani mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Setelah itu, karier Ahmad Yani berkutat di militer. 

Ia turut ikut dalam pemberantasan PKI Madiun 1948, Agresi Militer Belanda II, dan juga penumpasan DI/TII di Jawa Tengah. Pada 1958 ia diangkat sebagai Komandan Komando Operasi 17 Agustus di Padang Sumatera Barat untuk menumpas pemberontakan PRRI.

la diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tahun 1962. Namun, pada tahun 1965 Ahmad Yani mendapatkan fitnah ingin menjatuhkan Presiden Soekarno, dan tewas ketika 1 Oktober 1965.

2. Letjen (Anumerta) Suprapto

Suprapto lahir di Purwokerto pada 20 Juni 1920, dan ia sempat mengikuti pendidikan di Akademi Militer Kerajaan Bandung. Tetapi, harus terhenti karena pendaratan Jepang di Indonesia.

Pada awal kemerdekaan Indonesia, Suprapto aktif dalam usaha merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Ia kemudian memasuki Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto, dan ikut dalam pertempuran di Ambarawa.

Saat itu ia sebagai ajudan Panglima Besar Sudirman, dan kariernya terus melejit di militer. Namun, ketika PKI mengajukan pembentukan angkatan perang kelima, Suprapto menolaknya.

Ia pun menjadi korban pemberontakan G30S bersama para petinggi TNI AD lainnya, dan jasadnya ditemukan di Lubang Buaya. Suprapto dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

3. Letjen (Anumerta) S. Parman

Siswondo Parman atau yang lebih dikenal dengan S.Parman adalah satu di antara petinggi TNIAD di masa Orde Lama. Ia dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah, pada 4 Agustus 1918. 

Pendidikannya lebih berkutat di bidang intelijen. Ia pernah dikirim ke Jepang untuk memperdalam ilmu intelijen pada Kenpei Kasya Butai. 

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia mengabdi kepada Indonesia untuk memperkuat militer Tanah Air. Pengalamannya di bidang intelijen sangat berguna bagi TNI kala itu. 

S. Parman mengetahui rencana-rencana PKI yang ingin membentuk angkatan kelima. Namun, pada 1 Oktober 1965 ia pun diculik dan dibunuh bersama para jenderal lainnya.

4. Letjen (Anumerta) M.T. Haryono

Mas Tirtodarmo Haryono atau yang lebih dikenal dengan M.T. Haryono lahir pada 20 Januari 1924 di Surabaya, Jawa Timur. Sebelum terjun ke dunia militer, ia pernah mengikuti Ika Dai Gaku (sekolah kedokteran) di Jakarta.

Saat itu ada pada masa pendudukan Jepang. Barulah setelah kemerdekaan Indonesia M. T. Haryono bergabung bersama TKR dengan pangkat mayor.

Kepiawaiannya dalam berbahasa Belanda, Inggris, dan Jerman berguna bagi Indonesia. Ketika melakukan berbagai perundingan internasional.

Ia kemudian berkutat di Kementerian Pertahanan. M. T. Haryono juga sempat menjabat sebagai Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.

Ia kemudian menjadi Atase Militer RI untuk Negeri Belanda (1950), dan sebagai Direktur Intendans dan Deputy Ill Menteri/Panglima Angkatan Darat (1964). Nahas, di tahun 1965, M. T. Haryono gugur bersamaan dengan para petinggi TNI AD lain akibat pemberontakan G30S.

5. Mayjen (Anumerta) D. I. Panjaitan

Donald Ignatius Panjaitan atau D. I. Panjaitan lahir pada 9 Juni 1925 di Balige, Tapanuli. Pada masa pendudukan Jepang, ia memasuki pendidikan militer Gyugun.

Kemudian ia ditempatkan di Pekanbaru, Riau, sampai saat proklamasi kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka, D. I. Panjaitan ikut membentuk TKR. 

Ia memiliki karier yang cemerlang di bidang militer. Menjelang akhir hayatnya, ia diangkat sebagai Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Serta mendapat tugas belajar ke Amerika Serikat. Jenderal dari Sumatra ini gugur ketika terjadi pemberontakan PKI 1965 bersama dengan para jenderal lainnya.

6. Mayjen (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo

Sutoyo Siswomiharjo lahir 28 Agustus 1922 di Kebumen, Jawa Tengah. Pada masa pendudukan Jepang ia mendapat pendidikan di Balai Pendidikan Pegawai Tinggi di Jakarta.

Kemudian menjadi pegawai negeri di Kantor Kabupaten di Purworejo. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, ia masuk TKR bagian Kepolisian, hingga akhirnya menjadi anggota Korps Polisi Militer.

Ia diangkat menjadi ajudan Kolonel Gatot Subroto dan kemudian menjadi Kepala Bagian Organisasi Resimen II Polisi Tentara di Purworejo. Kariernya terus melesat. 

Tahun 1961 ia diserahi tugas sebagai Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat. Namun, Sutoyo yang menentang pembentukan angkatan kelima ikut gugur dalam peristiwa G30S.

7. Kapten (Anumerta) Pierre Tendean

Piere Tendean lahir 21 Februari 1939 di Jakarta. Selesai mengikuti pendidikan di Akademi Militer Jurusan Teknik tahun 1962.

Ia menjabat Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Ia ikut bertugas menyusup ke daerah Malaysia ketika sedang berkonfrontasi dengan Malaysia.

Pada bulan April 1965, perwira muda ini diangkat sebagai ajudan. Yaitu, Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan/ Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jenderal Nasution.

Ketika bertugas, Pierre Tendean tertangkap oleh kelompok G30S. Ia mengaku sebagai A. H. Nasution di mana sang jenderal berhasil melarikan diri. 

Namun, ia harus mengorbankan nyawanya. Hal itu untuk melindungi Jenderal Nasution.


Baca juga :  Pancasila Dasar Negara Bukan Pilar


 

Berbagi ke:

pasarkayu

Post A Comment:

0 comments so far,add yours

Kolom ini, diperuntukan saling koresponden dan berbagai informasi. Mohon memberikan :

IDENTITAS YANG BISA DIHUBUNGI [ NO HP / EMAIL ]
( Jika tidak ada identitas, komentar akan dihapus )
Komentar BUKAN untuk pasang iklan.
.
Maaf komentar akan terhapus saat iklan habis masa aktif nya.
Untuk pasang iklan, silahkan email ke pasar@pasarkayu.co.id

salam kayu